top of page
  • Gambar penulisHelfia

Konsep "Inherently Safer Design" di Kilang LNG Donggi Senoro

Disadari atau tidak, salah satu faktor keberhasilan Kilang LNG Donggi Senoro (DSLNG) beroperasi dengan aman dan lancar adalah penerapan konsep "Inherently Safer Design" sejak pada tahap design dan konstruksi. Kilang DSLNG yang hanya memiliki satu train tentu rawan terhadap gangguan operasi kilang baik dari internal maupun dari eksternal. Tidak seperti umumnya kilang LNG, process pembersihan CO2 dari feed gas di DSLNG dilakukan di upstream (gas supplier). Keputusan ini meskipun didasari oleh kepentingan bisnis tetapi sekaligus berdampak positip terhadap operasi kilang DSLNG. Kompleksitas kilang DSLNG menjadi lebih rendah sesuai dengan salah satu prinsip "Inherently Safer Design" yaitu SIMPLIFY (Penyederhanaan).



Apa saja prinsip-prinsip dari "Inherently Safer Design"? Dikenal setidaknya empat hal yang perlu diperhatikan pada saat mendesign kilang, yaitu: 1) Substitute, 2) Minimize, 3) Moderate, 4) Simplify (SMMS). Prinsip "Substitute" maksudnya adalah mengganti proses, komponen peralatan, atau zat yang digunakan dengan yang lebih sedikit resiko bahayanya. Adapun "Minimize" adalah mengurangi jumlah zat yang berbahaya atau peralatan sehingga lebih sedikit potensi resiko bahayanya. Sedangkan "Moderate" adalah menurunkan tekanan, temperatur operasi ataupun kandungan zat berbahaya di dalam proses. Terakhir "Simplify" adalah membuat proses lebih sederhana atau mengurangi kompleksitas proses sehingga terhidar dari human error.


DSLNG dengan tidak adanya unit pembersihan CO2 selain memenuhi prinsip "Simplify" juga memenuhi prinsip "Minimize". Unit pembersihan CO2 memerlukan absorbent seperti MDEA (Mono Dietanol Amine) yang memberikan potensi resiko bahaya kontaminasi seperti iritasi kulit, mata atau pernapasan. Selain itu pengoperasian unit ini juga menjadikannya lebih kompleks karena menyita waktu dan perhatian sendiri bagi operator.


Kilang LNG Badak dan Arun yang dibangun lebih dulu yaitu sekitar tahun 1974 - 1977 keduanya menggunakan air laut sebagai pendingin pertama gas. Namun Tangguh LNG, sebagaimana juga dilakukan di DSLNG, pendinginan pertama gas adalah menggunakan udara dengan air fan cooler. Kembali kita gunakan kacamata prinsip "Inherently Safer Design" maka penggantian ini bisa dikategorikan dalam prinsip "Substitute". Kita tahu bahwa penggunaan air laut sebagai pendingin memang murah tetapi rawan korosi. Penggunaan air laut dalam skala besar juga memberikan potensi bahaya tersendiri seperti "confine space entry" yang sulit dihindari karena kebutuhan untuk memeriksa internal pipa pemasok air laut guna mencegah korosi dan pertumbuhan biota laut di dalamnya. Penggantian menggunakan pendingin udara dengan air fan cooler sangat membantu menghilangkan potensi bahaya ini.


Contoh lain penerapan konsep "Inherently Safer Design" adalah penggunaan Hot Oil sebagai media pemanas menggantikan steam untuk reboiler. Di dalam unit pemisahan hidrokarbon atau fraksinasi, reboiler diperlukan untuk memanasi cairan hidrokarbon di bottom kolom fraksinasi agar fraksi ringannya menguap dan menyisakan fraksi yang lebih berat. Reboiler ini kalau di Kilang LNG Badak dan Kilang LNG Tangguh menggunakan media steam sebagai pemanas. Penggunaan media steam lebih kompleks pengoperasiannya dari pada Hot Oil. Resiko water hammer dan korosi selalu ada jika menggunakan media steam sebagai pemanas. Adapun pada Hot Oil resiko ini tidak ada meskipun tetap ada resiko terpapar temperatur tinggi yang juga ada pada steam. Tipe Hot Oil yang digunakan di DSLNG adalah hidrokarbon sintetis dengan merek dagang Therminol 55.

351 tampilan0 komentar
bottom of page